Enshinacademy.com, Indonesia – Judo adalah salah satu seni bela diri modern yang berasal dari Jepang. Diciptakan oleh Jigoro Kano pada akhir abad ke-19, Judo berkembang pesat dan kini dipraktikkan di seluruh dunia.
Sejarah Judo bukan hanya tentang teknik bantingan dan kuncian, tetapi juga tentang filosofi hidup, disiplin, serta nilai moral yang menjadikannya lebih dari sekadar olahraga.
Asal-usul Judo di Jepang
Sebelum Judo ada, Jepang mengenal seni bela diri Jujutsu, yang banyak digunakan samurai. Jujutsu berfokus pada teknik bantingan, kuncian, dan serangan yang efektif tanpa senjata.
Jigoro Kano, seorang guru besar yang juga pendidik, kemudian mengembangkan Jujutsu menjadi Judo. Ia menyaring teknik berbahaya dan menyusun metode latihan yang aman, sehingga Judo bisa dipelajari oleh siapa saja, termasuk anak-anak dan pelajar.
Nama Judo berarti Jalan Lembut. Filosofi ini menekankan bahwa kekuatan bukan satu-satunya cara untuk menang, melainkan kecerdikan dalam menggunakan tenaga lawan.
Jigoro Kano: Bapak Judo Modern
Jigoro Kano (1860–1938) dikenal sebagai tokoh penting yang mengubah Jujutsu menjadi Judo. Ia mendirikan dojo pertama, Kodokan Judo Institute, di Tokyo pada tahun 1882.
Di dojo ini, Kano mengajarkan prinsip Seiryoku Zenyo (penggunaan energi secara efisien) dan Jita Kyoei (saling menguntungkan). Dua filosofi ini menjadi dasar Judo hingga hari ini.
Selain mendirikan Kodokan, Kano juga berperan besar dalam memperkenalkan Judo ke dunia. Ia menjadi orang Asia pertama yang duduk di Komite Olimpiade Internasional (IOC).
Perkembangan Judo di Jepang
Judo cepat berkembang di sekolah dan universitas Jepang. Pemerintah Jepang bahkan memasukkan Judo ke dalam kurikulum pendidikan jasmani.
Alasan Judo diterima luas adalah karena sifatnya yang tidak sekadar melatih fisik, tetapi juga karakter dan disiplin mental.

Judo Menyebar ke Dunia
Pada abad ke-20, Judo mulai diperkenalkan ke luar Jepang. Murid-murid Kano pergi ke berbagai negara dan membuka dojo.
Judo berkembang pesat di Eropa, Amerika, hingga Asia Tenggara. Salah satu momen penting adalah saat Judo dipertandingkan di Olimpiade Tokyo 1964. Sejak saat itu, Judo resmi menjadi olahraga Olimpiade.
Kini, Judo dipraktikkan oleh jutaan orang di lebih dari 180 negara.
Filosofi dalam Judo
Selain teknik bantingan (nage-waza) dan kuncian (katame-waza), Judo menekankan filosofi hidup.
Prinsip utama Judo adalah:
- Efisiensi energi – menggunakan tenaga lawan untuk mengalahkannya.
- Saling menguntungkan – membangun hubungan yang harmonis dalam latihan dan kehidupan.
- Disiplin dan hormat – menjaga etika dalam dojo maupun di luar.

Judo sebagai Olahraga Kompetisi
Dalam perkembangannya, Judo menjadi cabang olahraga yang populer. Pertandingan Judo dibagi menjadi dua kategori utama:
- Nage-waza (bantingan)
- Katame-waza (kuncian dan cekikan)
Atlet Judo dinilai berdasarkan poin dari teknik yang berhasil dilakukan. Gerakan spektakuler seperti ippon (bantingan sempurna) menjadi simbol kemenangan mutlak.
Judo di Indonesia
Judo masuk ke Indonesia sekitar tahun 1950-an. Saat ini, Judo dinaungi oleh PJSI (Persatuan Judo Seluruh Indonesia).
Atlet Judo Indonesia telah berprestasi di berbagai ajang internasional, termasuk SEA Games dan Asian Games.
Perbedaan Judo dengan Bela Diri Lain
Banyak orang menyamakan Judo dengan Jiu-Jitsu atau Aikido. Namun, Judo memiliki ciri khas:
- Tidak ada serangan pukul dan tendang dalam kompetisi.
- Fokus pada bantingan, kuncian, dan kontrol.
- Filosofi “jalan lembut” yang menekankan harmoni.
Kesimpulan
Sejarah Judo adalah kisah perjalanan dari Jepang hingga ke panggung internasional. Dari dojo kecil di Tokyo hingga Olimpiade, Judo berkembang sebagai olahraga sekaligus jalan hidup.
Lebih dari sekadar bela diri, Judo mengajarkan nilai etika, disiplin, dan filosofi hidup yang bermanfaat bagi siapa pun yang mempelajarinya.